Kamis, 23 April 2015

makalah raja marga & jnana marga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam agama Hindu dikenal adanya berbagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Jalan atau cara itu bebas dipilih oleh umat-Nya sesuai dengan sifat dan pembawaannya. Dalam kitab Bhagavad Gita disebutkan: Sloka: ye yatha mam prapadyante tams tathai ‘va bhajamy aham mama vartma ‘nuvartante manushyah partha sarvasah (Bhagavadgita IV.11) Artinya: Jalan manapun ditempuh manusia kearah-Ku, semuanya Ku-terima, dari mana-mana semua mereka menuju jalan-Ku, oh Parta. Di dalam agama Hindu tidak ada suatu keharusan untuk menempuh satu-satu jalan, karena semua jalan untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa diturunkan oleh-Nya untuk memudahkan umat-Nya menuju kepada-Nya. Empat jalan untuk menghubungkan diri, yang dimaksud adalah menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa akan berhasil bila didukung dengan metode, media maupun lokasi spiritual yang kondusif. Untuk itu, di samping personalitas pribadi orang yang menghubungkan diri kepada-Nya. Di zaman kaliyuga ini, masalah personalitas pribadi masih menjadi masalah dalam hal mendekatkan diri kehadapan-Nya. Seperti yang kita ketahui bahwa moralitas manusia cenderung menurun karena kemajuan zaman dan factor penyebab lainnya. Hal tersebut, sebenarnya bisa diatasi jika ada kesadaran dari manusia untuk selalu berbuat dengan memperhatikan ajaran agama. Salah satunya adalah dengan melaksanakan ajaran catur marga untuk menghubungkan diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang penulis pandang perlu untuk dibahas dalam makalah ini, sebagai berikut : 1. Apakah yang dimaksud dengan Moksa? 2. Apakah yang dimaksud dengan Jnana Marga Yoga? 3. Apakah yang dimaksud dengan Raja Marga Yoga? 4. Bagaimanakah cara yang dapat ditempuh untuk mencapai Moksa melalui Raja Marga Yoga? 5. Bagaimana pengimplementasian Jnana & Raja Marga Yoga dalam kehidupan masyarakat Hindu? 1.3. Tujuan Masalah Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui arti dari Moksa 2. Untuk mengetahui pengertian dari Jnana Marga Yoga 3. Untuk mengetahui pengertian dari Raja Marga Yoga 4. Untuk mengetahui cara – cara yang dapat ditempuh untuk mencapai Moksa melalui raja Marga Yoga. 5. Untuk mengetahui bagaimana pengimplementasian Jnana & Raja Marga Yoga dalam kehidupan masyarakat Hindu. 1.4. Manfaat Pembahasan Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalui penulisan makalah ini adalah ; 1. Sebagai bahan refrensi pembelajaran pendidikan agama Hindu. 2. Memberikan informasi mengenai pengertian, serta implementasi Jnana & Raja Marga Yoga dalam kehidupan masyarakat Hindu. BAB II PEMBAHASAN 2.1.Pengertian Moksa Moksa merupakan salah satu sradha (keyakinan) dalam Agama Hindu yang merupakan tujuan hidup tertinggi Agama Hindu. Dalam kitab Sarasmuscaya 35, disebutkan sebagai berikut : “Sesungguhnya hanya satu saja tujuannya agama, mestinya tidak sangsi lagi orang tentang yang disebut kebenaran yang dapat membawa ke surga maupun moksa, semua menuju kepada-Nya akan tetapi masing – masing berbeda – beda caranya, disebabkan oleh kebingungan sehingga yang tidak benar dibenarkan, ada yang mengatakan bahwa di dalam gua yang besarlah tempatnya kebenaran itu.” Kata moksa sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata Muc yang berarti membebaskan atau melepaskan. Dengan demikian kata Moksa berarti kelepasan atau kebebasan. Dari segi istilah, Moksa disamakan dengan nirwana dan nisreyasa atau keparamarthan. Kebebasan dalam pengertian Moksa adalah suatu keadaan terlepasnya Atman dari ikatan maya sehingga dapat menyatu dengan Brahman. Bagi orang yang telah mencapai Moksa, mereka berarti telah mencapai alam Sat Cit Ananda, yaitu kebahagiaan yang tertinggi. Sloka: “bahunam janmanam ante jhanavan mam prapadyate, vasudevah sarvam iti sa mahatma su – durlabhah.” (Bhagawadgita VII.19) Artinya : Pada akhir dari banyak kematian orang yang bijaksana menuju kepada Aku, karena mengetahui bahwa Tuhan adalah semuanya yang ada. Setiap orang pada dasarnya dapat mencapai Moksa, asal mereka mengikuti jalan yang ditunjuk agama yang disebut dengan Catur Marga Yoga. Catur marga berasal dari dua kata yaitu catur dan marga. Catur berarti empat dan marga berarti jalan atau cara ataupun usaha. Catur Marga adalah empat jalan atau cara umat Hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Adapun bagian – bagian dari catur marga yoga itu adalah Bhakti marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga dan Raja Marga Yoga, serta ditambah dengan Wibukti Marga Yoga. 2.2. Pengertian Jnana Marga Yoga Jnana artinya kebijaksanaan filsafat atau ilmu pengetahuan. Jadi Jnana Marga Yoga adalah jalan untuk mencapai persatuan Atman dan Brahman berdasarkan atas ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan filsafat kebenaran. Menurut Upanisad pengetahuan seorang bijaksana (Jnanin) dapat dibagi atas dua bagian yaitu Apara Widya dan Pari Widya. Apara Widya adalah pengetahuan dalam tingkat kemewahan suci (ajaran-ajaran suci Weda) sedangkan Pari Widya adalah pengetahuan tingkat tinggi tentang hakikat kebenaran Atman dan Brahman. Jadi Apara Widya adalah dasar untuk mencapai Pari Widya. Seorang Jnanin memiliki pengetahuan untuk mencapai kebenaran yang sempurna, dengan Wiweka (logika) yang dalam mereka benar-benar bisa membedakan yang kekal dan tidak kekal, sehingga bisa melepaskan yang tidak kekal dan mencapai kekekalan yang sempurna.“Alangkah cepat dan pendeknya kehidupan sebagai manusia ini, tak bedanya dengan sinarnya kilat dan sangat susah pula untuk didapat. Oleh karena itu berusaha benar-benarlah untuk berbuat (sadhana) berdasarkan kebenaran (dharma) untuk menghapuskan kesengsaraan hidup guna mencapai sorga”(Sarasamuscaya II.14). “Ia yang pikirannya tidak digoyahkan dalam keadaan duka cita dan bebas dari keinginan-keinginan ditengah-tengah kesukacitaan, ia yang dapat mengatasi nafsu, kesesatan dan kemarahan, ia disebut seorang yang bijaksana” (Bhagawad Gita II.56). Seperti yang disebutkan dalam Bhagavad Gita yang membahas tentang Jnana Yoga: Sloka: srayan dravyamayad yajnaj jnanayajnah paramtapa sarvam karma ‘khilam partha jnane perisamapyate (Bhagavadgita IV.33) Artinya: Persembahan berupa ilmu pengetahuan, Parantapa, lebih bermutu daripada persembahan materi; dalam keseluruhannya semua kerja ini berpusat pada ilmu pengetahuan, oh Parta. Selanjutnya dalam bab yang sama sloka (34), (36), (37), (38), (39) dan (40) dikatakan : Sloka: tad viddhi pranipatena pariprasnena sevaya upadekshyanti te jnanam jnaninas tattvadarsinah (Bhagavadgita IV.34) Artinya: Belajarlah dengan sujud disiplin, dengan bertanya dan dengan kerja berbakti; guru budiman yang melihat kebenaran akan mengajarkan padamu ilmu budi pekerti. Sloka: api ched asi papebhyah sarvebhyah papakrittamah sarvam jnanaplavenai ‘va vrijinam samtarishyasi (Bhagavadgita IV.36) Artinya: walau seandainya engkau paling berdosa diantara manusia yang memikul dosa; dengan perahu ilmu pengetahuan ini lautan dosa engkau akan sebrangi. Sloka : yathai ‘dhamsi samiddho ‘gnir bhasmasat kurute ‘rjuna jnanagnih sarvakarmani bhasmasat kurute tatha (Bhagavadgita IV.37) Artinya: bagaikan api menyala, membakar kayuapi menjadi abu, oh Arjuna, api ilmu pengetahuan demikian pula membakar segala karma jadi abu Sloka: na hi jnanena sadrisam pavitram aha vidyate tat svayam yogasamsiddhah kalena ‘tmani vindati (Bhagavadgita IV.38) Artinya: Tidak ada sesuatu dalam dunia ini dapat menyamai kesucian ilmu pengetahuan; mereka yang disempurnakan dalam yogi menemuinya sendiri dalam jiwanya pada waktunya Sloka: sraddhavaml labhate jnanam tatparah samyatendriyah jnanam labdhva param santim achirena dhigachchhati (Bhagavadgita IV.39) Artinya: Ia yang memiliki kepercayaan dan menguasai pancaindrianya akan mencapai ilmu pengetahuan; setelah memiliki ilmu pengetahuan dengan segera ia menemui kedamaian abadi. Sloka: ajnas cha ‘sraddadhanas cha samsayatma vinasyati na ‘yam loko ‘sti na paro na sukham samsayatmanah (Bhagavadgita IV.40) Artinya: tetapi mereka yang dungu dan tidak percaya serta bersifat ragu, akan hancur sirna; bagi yang ragu diri, baginya tiada bahagia, tidak di dunia ini, pun tidak di dunia sana. Dari beberapa sloka di atas jelaslah, bahwa betapa sangat pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia untuk dijadikan landasan dan kompas yang dapat menopang dan mengarahkan langkahnya didalam melaksanakan Karma, Bhakti dan Raja Marga sehingga sesuai dengan hakekat ajaran weda yang merupakan kitab suci bagi umat hindu. Namun demikian, haruslah kita pertegas ilmu pengetahuan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh sloka-sloka di atas, karena ada dua katagori ilmu pengetahuan yaitu : pengetahuan tentang duniawi (alam nyata) dan pengetahuan tentang alam gaib (alam yang tidak nyata). Pengetahuan duniawi seperti imu ekonomi, kedokteran, tehknik dan sebagainya, hanyalah berguna bagi kita sebatas untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia yang bersifat jasmaniah. Sedangkan ilmu pengetahuan yang dimaksudkan oleh sloka-sloka di atas adalah sesuai dengan apa yang disebutkan dalam Bhagavad Gita X.32: ……adhyatmavidya vidyanam …. diantara segala ilmu pengetahuan Aku falsafah Atman Jadi jelaslah yang dimaksud ilmu pengetahuan oleh sloka dalam Bab IV adalah ilmu pengetahuan tentang falsafah Atman. Yang dimaksudkan dengan falsafah Atman adalah hakekat dari pada Tuhan dan bagian-bagian kecil (percikan roh) dari pada Tuhan itu sendiri yang disembunyikan didalam badan manusia yang merupakan mahkluk ciptaan-Nya. Bagi mereka yang mendalami ajaran tentang falsafah Atman, ketika mereka sampai pada tingkatan mengenal Atman, maka mereka dapat dikatakan yang sudah mengenal dirinya sendiri. Bagi mereka yang sudah mengenal diri sendirilah yang dapat mengenal Tuhan-nya. Manusia yang sudah sampai pada tingkatan ini, karma yoga, bhakti yoga, dan raja yoga yang dia lakukan semuanya berdasarkan atas perintah Gusti, bukan karena nafsu atau ego, sebab sang Kawula sudah menyatu dan tunduk kepada Gustinya. Inilah kelebihan Jnana Marga (jalan ilmu pengetahuan) dibandingkan dengan marga-marga lainnya. Dengan dikuasainya ilmu pengetahuan, manusia dapat bekerja lebih efektip dan efisien, dibandingkan dengan mereka yang dungu dan sedikit pengetahuannya, baik itu masalah pengetahuan duniawi ataupun pengetahuan tentang agama, karena ilmu pengetahuan itulah yang akan menuntun manusia menuju ke jalan yang benar untuk mencapai tujuan akhir. Maka dari itu, kejarlah ilmu pengetahuan terlebih dahulu sebanyak dan seluas mungkin. 2.3. Pengertian Raja Marga Yoga Kata Raja berarti yang memimpin, yang tertinggi atau yang terkemuka. Raja Marga artinya jalan yang tertinggi sedang Raja Marga Yoga berarti jalan atau usaha tertinggi untuk menghubungkan diri dengan Tuhan yang Maha Esa melalui jalan yoga yang tertinggi. Kalau dua jalan yang sebelumnya, yakni Bhakti Marga Yoga dan Karma Marga yoga disebut “Pravrtti marga”, yakni jalan yang umum dan mudah dilaksanakan oleh umat awam pada umumnya, maka dua jalan yang lain yaitu Jnana Marga Yoga dan Raja Marga Yoga disebut “Nivrtti Marga” ,yang artinya jalan yang tidak umum atau bertentangan dengan dua yang sebelumnya. Raja marga Yoga memerlukan pengendalian diri, disiplin diri, pengekangan dan penyangkalan terhadap hal – hal yang bersifat keduniawian. Seseorang yang mempunyai bakat untuk itu dan mendapatkan seorang guru yang tepat untuk menuntunnya, maka yang bersangkutan akan berhasil mengikuti Raja Marga Yoga ini. Sebenarnya bila kita kaji lebih jauh, Yoga teristimewanya Yoga Marga adalah jalan yang segera nampak hasilnya bila dilakukan dengan ketekunan di bawah bimbingan seorang guru rohani atau Yogi. 2.4. Jalan yang Ditempuh Raja Yogin Adapun jalan pelaksanaan yang ditempuh oleh para Raja Yogin (orang yang melaksanakan Raja Marga Yoga), yaitu dengan melakukan Tapa, Brata, Yoga dan Samadhi. Tapa dan brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita ke arah yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci. Yoga dan samadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan Atman dengan Brahman dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran. Yoga berasal dari akar kata Sanskerta “Yuj” yang artinya to join (ikut serta, bersatu, mengikat). Secara spiritual Yoga merupakan suatu proses di mana identitas jiwa individual dan jiwa Ida Sang Hyang Widhi disadari oleh seorang yogi, Yogi adalah orang yang menjalani yoga, orang yang telah mencapai persatuan dengan Ida Sang Hyang Widhi. Jiwa manusia dibawa kepada kesadaran akan hubungan yang dekat dengan sumber realitas (Ida Sang Hyang Widhi). Seperti setitik air yang bersatu dengan air di samudra. Yoga adalah ketenangan hati, ketentraman, keahlian dalam bertingkahlaku, Seyogala sesuatu yang terbaik dan tertinggi yang dapat dicapai dalam hidup ini adalah Yoga juga, Yoga mencakup seluruh aplikasi yang inclusive dan universal yang mengantar kepada pengembanngan/pembangunan seluruh badan, pikiran dan jiwa. Yoga pada dasarnya adalah sebuah cara atau jalan hidup. Bukan sesuatu yang keluar dari kehidupan, bukan pula menjauhkan diri dari aktifitas, melainkan merupakan performa yang efisien dengan semangat hidup yang benar. Yoga bukan pula melarikan diri dari rumah dan kebiasaan hidup manusia, melainkan merupakan suatu proses pembentukan sikap untuk hidup di rumah (keluarga) maupun hidup bermasyarakat dengan suatu pengertian baru, Yoga bukan memalingkan dari kehidupan, Dia merupakan spiritual dari hidup (; it is spiritualization of life). Seorang Raja Yogin dengan samadhi yang sempurna dapat menghubungkan Atma dengan Parama Atma sehingga mengalami Jiwan Mukti, kebahagiaan rohaniah, dan setelah meninggal bebas dari ikatan maya, mengalami kebebasan Atman yang mutlak (moksa). Sloka: “sri-bhagavan uvaca many asakta-manah partha yogam yunjan mad-asrayah asamsayam samagram mam yatha jnasyasi tac chrnu” (Bhagawadgita VII.1) Artinya : Dengarkanlah, o Partha (Arjuna), dengan melakukan yoga dengan pikiran yang melekat pada – Ku, dan Aku sebagai tempatmu berlindung, bagaimana tanpa ragu – ragu, engkau akan mengetahui Aku yang sempurna. Sloka: “Abhyasa yoga yuktema cetasa mam yagamina paramam purusham divyam yati partha muchimtayam.” (Bhagawadgita VIII.8) Artinya : Dan dengan bermeditasi pada saat ajal tiba, pikiran tenang, tetap berbhakti dengan kekuatan yoga dan napas hidup tepat ada di antara kedua kening, ia mencapai Dia yang Maha Suci. Yoga sebenarnya dibedakan atas Hatha Yoga dan raja Yoga. Hatha yoga adalah pembinaan pemeliharaan kesehatan dan kesegaran jasmani. Sedangkan Raja Yoga adalah pembinaan yang menyangkut mental spiritual. 2.5. Implementasi dari ajaran Jnana Marga Yoga dan Raja Marga Yoga 1. Jnana Marga Yoga Brahmacari adalah mengenai masa menuntut ilmu dengan tulus ikhlas. Tugas pokok kita pada massa ini adalah belajar dan belajar. Belajar dalam arti luas, yakni belajar dalam pengertian bukan hanya membaca buku. Tetapi lebih mengacu pada ketulus iklasan dalam segala hal. Contohnya: rela dan iklas jika dimarahi guru atau orang tua. Guru dan orang tua, jika memarahi pasti demi kebaikan anak. Maha Rsi Wararuci dalam Kitab Sarassamuccaya, sloka 27 mengajari kita memanfaatkan masa muda ini dengan sebaik- baiknya, yang beliau umpamakan seperti rumput ilalang yang masih muda. Bahwa masa muda itu pikiran masih sangat tajam, hendaknya digunakan untuk menuntut dharma, dan ilmu pengetahuan. Dengan tajamnya pikiran seorang anak juga bisa meyadnyakan tenaga dan pikirannya itu. Ajaran aguron-guron Ajaran aguron-guron merupakan suatu ajaran mengenai proses hubungan guru dan murid . Namun istilah dan proses ini telah lama dilupakan karena sangat susah mendapatkan guru yang mempunyai kualifikasi tertentu dan juga sangat sedikit orang menaruh perhatian dan minat terhadap hal ini. Maka untuk memenuhi kualifikasi tertentu, hendaknya seorang guru mencari sekolah yang mempunyai kurikulum yang membawa kesadaran kita melambung tinggi melampaui batas-batas senang dan sedih, bahagia dan derita, lahir danmati. Maka guru seperti itu pasti akan datang kepada kita. Menuntun kita, menentukan arah tujuan kita, menunjukkan cara dan metodenya, menghibur dan menyemangatinya. Jangan ragu, pasti akan ada guru yang datang kepada kita. Ajaran catur guru Berhasilnya seseorang menempuh jenjang pendidikan tertentu (pendidikan tinggi yang berkualitas) tidak akan mungkin bila kita tidak memiliki rasa bhakti kepada Catur Guru.Mereka yang melaksanakan ajaran Guru Bhakti sejak dini (anak-anak), mereka pada umumnya memiliki disiplin diri dan percaya diri yang mantap pula. Dengan disiplin diri dan percaya diri yang mantap, tidak saja akan sukses dalam bidang akademik, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan. Di sinilah kita melihat ajaran Catur Guru Bhakti senantiasa relevan sepanjang masa, sesuai dengan sifat agama Hindu yang Sanatana Dharma. Aktualisasi ajaran Guru Bhakti atau rasa bhakti kepada Catur Guru dapat dikembangkan dalam situasi apapun, sebab hakekat dari ajaran ini adalah untuk pendidikan diri, utamanya adalah pendidikan disiplin, patuh dan taat kepada sang Catur Guru dalam arti yang seluas-luasnya. Beberapa model atau bentuk nyata dan penerapan jnana marga berikut ini : 1. Menerapkan ajaran aguron-guron; 2. Menerapkan ajaran guru dan sisya; 3. Menerapkan ajaran guru bhakti; 4. Menerapkan ajaran guru susrusa; 5. Menerapkan ajaran brahmacari dan ajaran catur guru; 6. Menerapkan ajaran sisya sasana; 7. Menerapkan ajaran resi sasana; 8. Menerapkan ajaran putra sasana; 9. Menerapkan ajaran guru nabe, guru waktra, guru saksi; 10. Menerapkan ajaran catur asrama; dan 11. Menerapkan ajaran dalam wrati sasana, slokantara, sila krama, dan ajaran agama Hindu yang bersumber pada Veda dan susastra Hindu lainnya. 2. Raja Marga Yoga Implementasi raja marga oleh umat Hindu sesungguhnya telah diterapkan secara rutin dalam kehidupannya sehari-hari, termasuk juga oleh umat Hindu yang tinggal di Bali maupun oleh umat Hindu yang tinggal di luar Bali. Banyak cara dan banyak pula jalan yang bisa ditempuh untuk dapat menerapkannya. Salah satu pengimplementasian raja marga yoga adalah dengan melaksanakan Astangga Yoga. Astangga Yoga, merupakan delapan tahapan yoga untuk mencapai moksa. Astangga yoga diajarkan oleh Maharsi Patanjali dalam bukunya yang disebut Yoga Sutra Patanjali. Berikut tahapan – tahapan Astangga Yoga : 1. Yama Yaitu suatu bentuk larangan yang harus dilakukan oleh seseorang dari segi jasmani. “Menutup semua objek – objek di luar dan menetapkan pandangan di antara kening, meratakan jalan napas ke dalam dan ke luar melalui lubang hidung, orang bijaksana yang menguasai indria, pikiran dan pengertiannya yang sungguh – sungguh menunggu kelepasan, telah melemparkan jauh – jauh keinginan, ketakutan dan kemarahan, ia adalah selalu dalam keadaan bebas (lepas)” (Bhagawadgita V.27.28) Dalam agama Hindu dikenal 10 larangan yang dikenal sebagai dasa yama brata, yaitu : 1. Anresangsya atau Arimbawa - tidak mementingkan diri sendiri 2. Ksama artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan. 3. Satya artinya setia kepada ucapan sehingga menyenangkan setiap orang. 4. Ahimsa artinya tidak membunuh atau menyakiti makhluk lain. 5. Dama artinya dapat menasehati diri sendiri. 6. Arjawa artinya jujur dan mempertahankan kebenaran. 7. Priti artinya cinta kasih sayang terhadap sesama makhluk. 8. Prasada artinya berpikir dan berhati suci dan tanpa pamrih. 9. Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun. 10.Mardhawa artinya rendah hati, tidak sombong dan berpikir halus. 2. Nyama Yaitu pengendalian diri yang lebih bersifat rohani. Dalam Hindu dikenal 10 macam suruhan untuk mengendalikan diri, yang disebut Dasa Nyama Brata, yang terdiri dari : 1. Dhana artinya suka berderma tanpa pamrih. 2. Ijya artinya pemujaan terhadap Hyang Widhi dan leluhur. 3. Tapa artinya melatih diri untuk daya tahan dari emosi agar dapat mencapai ketenangan bathin. 4. Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran kepada HYang Widhi. 5. Upasthanigraha artinya pengendalian hawa nafsu birahi. 6. Swadhyaya artinya tekun mempelajrai ajaran-ajaran suci dan pengetahuan umum. 7. Bratha artinya taat akan sumpah dan janji. 8. Upawasa artinya berpuasa atau pantang terhadap suatu makanan dan minuman yang dilarang dalam ajaran agama. 9. Mona artinya membatasi perkataan. 10.Snana artinya tekun melakukan penyucian diri tiap hari dengan jalan mandi dan sembahyang. 3.Asana Yaitu sikap duduk yang baik, menyenangkan, teratur, disiplin serta sempurna. 4.Pranayama Yaitu sikap pengaturan keluar masuknya napas sehingga mencapai ketenangan yang ditempuh dengan tiga jalan, yaitu Puraka (menarik napas), Kumbhaka (menahan napas) dan Recaka (mengeluarkan napas). 5.Pratyahara Yaitu mengontrol atau mengendalikan indria dari ikatan objeknya sehingga orang dapat melihat hal – hal suci. 6.Dharana Yaitu usaha – usaha untuk menyatukan pikiran dengan sasaran yang diinginkan. 7.Dhyana Yaitu pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada suatu objek. “Seorang yogi yang menguasai pikirannya yang selalu dalam keadaan harmonis, mencapai ketenangan, nirwana (moksa) yang ada pada – Ku.” (Bhagawadgita VI.15) 8.Samadhi Yaitu penyatuan Atman (sang diri sejati) dengan Brahman. Apabila seseorang melakukan latihan yoga dengan teratur dan sungguh – sungguh, ia akan dapat menerima getaran – getaran suci dan wahyu Tuhan. Dalam Bhagawadgita dinyatakan dalam Sloka : “yogiyuhjita satatam Atmanam rahasi stitah, ekaki yata – chittatma nirasir aparigrahah” (Bhagawadgita VI.10) Artinya : Seorang yogi harus tetap memusatkan pikirannya (kepada Atman yang maha besar), tinggal dalam kesunyian dan tersendiri, menguasai dirinya sendiri, bebas dari angan – angan dan keinginan untuk memiliki. Lebih lanjut dalam Bhagawadgita bahwa ketenangan hanya ada pada mereka yang melakukan yoga. Sloka: “prasanta – manasam hy enam yoginam sukham uttamam, upaiti santa – rajasam brahma – bhutam akalmasam.” (Bhagawadgita VI.27) Artinya : Karena kebahagiaan tertinggi datang pada yogin yang pikirannya tenang, yang nafsunya tidak tergolak, yang keadaannya bersih bersatu dengan Tuhan. Keempat jalan pencapaian Moksa itu sesungguhnya memiliki kekuatan yang sama apabila dilakukan dengan sungguh – sungguh. Setiap orang akan memilki kecendrungan memilih jalan – jalan tersebut. Oleh karena itu, setiap orang memiliki jalan masing – masing untuk mencapai moksa. Moksa sebagai tujuan hidup spiritual bukanlah merupakan suatu janji yang hampa, meliankan merupakan suatu keyakinan yang berakhir dengan kenyataan. Kenyataan dalam dunia bathin merupakan alam super transendental yang hanya dapat dibuktikan berdasarkan intuisi yang dalam. Moksa merupakan suatu yang tidak dapat dibantah kebenarannya karena demikianlah yang dijelaskan kitab suci. Oleh sebab itu, marilah kita melatih diri untuk melaksanakan ajaran Astangga Yoga dengan tuntunan seorang guru yang telah memiliki kemampuan dalam hal yoga. Moksa adalah terlepasnya Atman dari belenggu Maya (bebas dari pengaruh Karma dan Punarbhawa dan akhirnya bersatu dengan Tuhan yang Maha Esa. Sloka: “Bhaktya tvananyanya sakya, aham ovamvidho : arjuna, jnatum drastum cha tatvena cha paramtapa”. (Bhagawadgita XI.54) Artinya : Akan tetapi dengan berbakti tunggal pada-Ku, O Arjuna, Aku dapat dikenal, sungguh dapat dilihat dan dimasuki ke dalam, O penakhluk musuh. Sloka “matkarmakrn matparamo, madbhaktah sangavarjitah, nirvairah sarvabhutesu yah sa mam eti pandava.” (Bhagawadgita XI.55) Artinya : Ia yang melakukan pekerjaan – Ku, ia yang memutuskan Aku sebagai tujuannya, ia yang menyembah Aku bebas dari ikatan, ia yang bebas dari permusuhan pada semua makhluk, ia datang pada-Ku, O Arjuna. Contoh nyata implementasi ajaran raja marga yoga dapat dilihat pada perayaan hari suci Nyepi dimana umat Hindu dianjurkan melakukan tapa, yoga, dan semadi. Brata tersebut didukung dengan Catur Brata Nyepi sebagai berikut : 1. Amati Agni, tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu, 2. Amati Karya, yaitu tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, 3. Amati Lelungan, yaitu tidak berpergian melainkan mawas diri, 4. Amati Lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Brata ini mulai dilakukan pada saat matahari “Prabata” yaitu fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya (24) jam. Selain pada perayaan hari suci Nyepi, implementasi ajaran Raja Marga Yoga sesungguhnya dapat pula dilihat pada perayaan hari suci Siwalatri, yang diperingati setiap purwaning Tilem sasih Kepitu dimana pada hari itu umat Hindu dianjurkan untuk melaksanakan Brata Siwalatri yaitu Mona (membatasi perkataan), Upawasa (membatasi pencernaan makanan), dan Jagra (membatasi tidur). BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan di atas adapun yang penulis dapat simpulkan adalah sebagai berikut : 1. Jnana artinya kebijaksanaan filsafat atau ilmu pengetahuan. Jadi Jnana Marga Yoga adalah jalan untuk mencapai persatuan Atman dan Brahman berdasarkan atas ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan filsafat kebenaran 2. Implementasi Jnana Marga Yoga dalam kehidupan dimulai dari ajaran Brahmacari adalah mengenai masa menuntut ilmu dengan tulus ikhlas. Tugas pokok kita pada massa ini adalah belajar dan belajar, kemudian adanya interaksi yaitu Ajaran aguron-guron merupakan suatu ajaran mengenai proses hubungan guru dan murid,Berhasilnya seseorang menempuh jenjang pendidikan tertentu (pendidikan tinggi yang berkualitas) tidak akan mungkin bila kita tidak memiliki rasa bhakti kepada Catur Guru. Mereka yang melaksanakan ajaran Guru Bhakti sejak dini (anak-anak) 3. Bahwa yang dimaksud dengan Raja Marga Yoga adalah jalan atau usaha tertinggi untuk menghubungkan diri dengan Tuhan yang Maha Esa melalui jalan yoga yang tertinggi. 4. Bahwa jalan yang dapat di tempuh untuk mencapai moksa melalui Raja Marga Yoga adalah dengan melaksanakan Tapa, Brata, Yoga dan Samadhi. Tapa dan brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita ke arah yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci. Yoga dan samadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan Atman dengan Brahman dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran. 5. Bahwa Implementasi Raja Marga Yoga dalam kehidupan masyarakat Hindu terlihat dari pelaksanaan Astangga Yoga yaitu delapan tahapan yoga untuk mencapai moksa yang diajarkan oleh Maharsi Patanjali yang terdiri dari Yama, Nyama, Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana, Samadhi. Selain itu implementasi Raja Marga Yoga nampak pula pada pelaksanaan Catur Brata Nyepi, dan Brata Siwalatri. 3.2. Saran Adapun yang dapat penulis sarankan berdasarkan kesimpulan di atas adalah : 1. Jnana Marga Yoga adalah masa menuntut ilmu pengetahuan guna mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa yang sebaiknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas dalam masa brahmacari. 2. Bahwa Raja Marga Yoga harus dilakukan dengan penuh pengendalian diri, disiplin diri dan pengekangan terhadap hal – hal berbau keduniawian. 3. Bahwa apapun jalan yang ditempuh untuk mencapai moksa tidak ada yang salah, karena semua jalan yang dilakukan dengan dharma dan niat yang tulus semuanya itu akan diterima, dan melaksanakan catur marga yoga ini harus disesuaikan dengan kemampuan serta kondisi masing – masing pribadi. DAFTAR PUSTAKA Darmayasa. 2013. Bhagawad Gita (Nyanyian Tuhan) Cetakan ke-8. Denpasar ;Yayasan Dharma Sthapanam. Ngurah,Drs I Gusti Made. 2006. Buku Pendidikan Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi. Surabaya; Paramita Merta, Made 2011. Catur Marga Yoga. Artikel. http://mertajaya.blogspot.com/2011/01/catur-marga-yoga.html. (diakses 24 Desember 2014) Ni Made Siralita. 2012. 4 Jalan Mencari Tuhan. Artikel. http://bigsmiled.blogspot.com/2012/06/4-jalan-mencari-tuhan-agama-berasal.html. (diakses 24 Desember 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar