Kamis, 23 April 2015

ETIKA

BAB I PENDAHULUAN • Latar Belakang Tata susila atau etika diartikan juga sebagai peraturan tingkah laku yang baik dan mulia yang harus dijadikan pedoman hidup oleh manusia namun, di dalam kehidupan serba modern orang-orang masih cenderung untuk melakukan perbuatan yang di luar dari batas moral. Maka dari itu orang-orang harus mengerti serta memahami pengertian dari susila tersebut. Susila yang diajarkan dalam Agama Hindu biasanya dipelajari melalui kitab-kitab suci Agama Hindu, selain itu ada juga lontar-lontar yang berhubungan dengan ajaran susila seperti Slokantara. Slokantara adalah untaian sloka-sloka dalam masalah etika agama Hindu yang memberi tuntunan kepada kita mengenai hal-hal yang patut dan tidak patut dilakukan. Maka dari itu Slokantara berisi tentang ajaran Susila atau Etika dalam Agam Hindu. • Rumusan Masalah Dalam latar belakang dapat ditarik permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah pengertian dari Etika ? 2. Bagaimana Etika dalam Slokantara ? o Tujuan Masalah Adapun tujuan dari pembutan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui Pengertian dari Etika. 2. Untuk mengetahui Etika dalam Slokantara. o Manfaat Adapun manfaat dari permasalahan tersebut adalah: 1. Memahami pengertian dari Susila . 2. Memahami Etika dalam Slokantara. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Etika Kata etika barasal dari bahasa Yunani “ethos” yang mempunyai banyak arti seperti watak, perasaan, sikap, perilaku, karakter, tata karma, tata susila, sopan santun, cara berpikir, dan lain-lain. Sementara itu bentuk jamak dari kata “ethos” adalah “ta etha” yang berarti adat kebiasaan. Jadi, etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan atau sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral (W.J.S. Purwadarmita, 1966). Pengertian etika lebih jauh diuraikan juga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi tahun 1988 (Bertnes, 2004). Dalam kamus tersebut membedakan tiga makna mengenai etika, yaitu: 1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). 2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. 3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas baiksebagai ilmu, adat kebiasaan, dan system nilai, berikut ringkasan berbagai definisi mengenai etika (I Gede A.B. Wiranata, SH, MH., 2005): 1. Etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral. 2. Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana seharusnya manusia hidup dalam masyarakat mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. 3. Etika adalah kesusilaan, perasaan batin atau kecenderungan hati seseorang untuk berbuat kebaikan. 4. Etika memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika menghubungkan penggunaan akal budi individu dengan obyektivitas guna menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain. 5. Etika adalah studi tentang kehendak manusia yaitu kehendak yang berhubungan dengan keputusan tentang yang benar dan yang salah dalam tindak perbuatan manusia berhubungan dengan prinsip-prinsip yang mendasar nilai-nilai hubungan antar manusia. 6. Etika berkaitan dengan apa yang benar dan yang salah dengan perilaku manusia. 7. Etika mempelajari tingkah laku manusia bukan saja untuk menemukan kebenaran, tetapi juga kebaikan atas perilaku manusia. 8. Dengan melihat etika berasal dari akar kata bahasa Yunani ethos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan yang baik, etika berkembang menjadi suatu studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya. Etika juga berkembang menjadi suatu studi tentang kebenaran dan ketidak benaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia. Dalam agama Hindu etika disebut juga “susila”. Kata “susila” berasal dari dua suku kata, yakni “su” dan “sila”. Su artinya baik dan sila berarti kebiasaan atau tingkah laku perbuatan manusia yang baik. Karena itu dalam agama Hindu, etika dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari tata nilai, tentang baik dan buruknya suatu perbuatan, apa yang harus dikerjakan atau dihindari, sehingga tercipta hubungan yang baik diantara sesama manusia. Etika itu sendiri adalah tata laku atau perbuatan yang baik dan biasanya disebut sila. Ilmunya dinamakan ilmu tentang susila atau tata susila. Etika adalah rasa cinta, rasa kasih sayang dimana seseorang yang menerima etika itu adalah karena ia mencintai dirinya sendiri dan menghargai orang lain (Gede Pudja, MA, SH., 1984). Tata susila diartikan juga sebagai peraturan tingkah laku yang baik dan mulia yang harus dijadikan pedoman hidup oleh manusia. Tujuanya adalah untuk memelihara hubungan baik yang selaras dan serasi diantara sesama manusia, sehingga tercapailah kehidupan masyarakat yang aman dan sentosa. Tata susila juga membina watak manusia untuk bisa menjadi anggota keluarga dan anggota masyarakat yang baik, menjadi putra bangsa yang berpribadi mulia. Disamping itu tata susila juga menuntun seseorang untuk mempersatukan dirinya dengan sesame manusia (Prof. Dr. IB. Mantra, 1992). 2.2 Etika Dalam Lontar Slokantara Slokantara artinya untaian sloka-sloka. Dalam slokantara dibahas masalah etika agama Hindu yang memberi tuntunan kepada kita mengenai hal-hal yang patut dan tidak patut dilakukan. Secara keseluruhan Slokantara berisi 84 sloka (Prof. Dr. Tjok. Rai Sudharta, MA, 1997). Beberapa sloka Slokantara yang ada hubungannya dengan Etika atau Susila, yaitu sebagai berikut: 1. Sloka 3 Nasti satyat paro dharmo nanrtat patakam param triloke ca hi dharma syat tasmat satyam na lopayet Artinya: Tiada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran Tiada dosa yang lebih rendah dari dusta Dharma harus dilaksanakan Kebenaran hendaknya tidak dilanggar Penjelasan: Kebenaran adalah hukum hidup manusia. Karena itu kebenaran dikatakan sebagai sumber dan jalan menuju kesempurnaan hidup. Kembalikanlah kekuatan anda ke bawah kekuasaan kebenaran. 2. Sloka 5 Trnakusamuditanam kancanaih kim mrganam phalatarumuditanam ratnabhirvanaranm asurabhimmuditanam gandhibhih sukaranam naca bhavati naranamtu priyam tasvisesam Artinya: Kijang perlu rumput muda, bukan emas Kera perlu buah-buahan, bukan mutiara Babi perlu makanan busuk, bukan bunga Bagi manusia berbuat baiklah yang utama. Penjelasan: Manusia hendaknya menghindari diri dari perbuatan yang tidak baik, dari perilaku yang menghantarkannya ke neraka. Semua manusia harus berusaha berbuat baik supaya tidak terjerumus ke dalam neraka, supaya bisa masuk sorga apa lagi mencapai moksa. Manusia yang mengerti masalah ini dikatakan sebagai manusia yang tahu ajaran dharma. 3. Sloka 6 Yo dharmasilo jitamanaroso vidyavinito na paropatapi svadaratustah paradaravarji na tasya loke bhayamasti kincit Artinya: Manusia yang setia pada kewajiban Mengatasi kesombongan dan kemarahan Manusia yang bijaksana dan rendah hati Manusia yang puas dan setia kepada istrinya Baginya tidak perlu ada yang ditakuti di dunia. Penjelasan: Manusia harusnya setia melaksanakan ajaran dharma. Mereka harus teguh menjalankan kebenaran, tidak boleh sombong. Manusia juga harus mendalami ilmu tentang ajaran susila, untuk mengetahui mana yang baik dan tidak baik, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Manusia hendaknya juga tidak menyakiti orang lain. Dengan memahami semua itu, maka orang itu tidak akan mengenal rasa takut. Ia pun tidak boleh mengutuk orang yang berbuat jahat kepadanya. Jika sudah demikian orang itu akan dikatakan sebagai manusia utama. 4. Sloka 7 A cirena parasya bhuyasim viparitam viganayya catmanah ksayayuktimupeksate krti kurute tatpratikaramanyatha Artinya: Orang budiman yang tinggi ilmunya Tidak menghiraukan segala usaha jahat Dan tipu muslihat untuk menjatuhkannya Jika tidak berbudi, dia membalas dendam. Penjelasan: Manusia harus teguh melaksanakan ajaran kebaikan dan kebenaran. Manusia tidak boleh membalas dendam kepada orang yang berbuat curang kepada kita. Orang yang hendak berbuat jahat dan bahkan ingin membunuh kita pastilah akan menderita dan terkena kutukan oleh perbuatannya sendiri. Kejahatan itu akan berbalik ke sumber asalnya. Ganjaran yang setimpal pasti akan diterima untuk dosa yang telah diperbuatnya. Balas dendam memang harus dihindarkan, sedangkan memaafkan kesalahan orang lain itulah yang harus dipupuk. Berbuat kesalahan adalah manusiawi dan memaafkan adalah sifat yang mulia. 5. Sloka 10 Suvarnapuspam prthivim bhunjanti catvaro narah upayajnasca surasca krtavidyah priyamvadah Artinya: Ada empat golongan manusia bahagia Orang yang tahu tujuan dan cara hidup Orang yang pemberani, orang bijaksana Dan yang pandai berbicara lagi ramah. Penjelasan: Manusia yang dapat hidup bahagia adalah mereka yang berbudi luhur, orang yang suka menolong, orang yang bijaksana, lemah lembut, adil, pemberani, dan selalu berbakti kepada Tuhan itulah orang yang akan mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan didunia. 6. Sloka13 Artha grhe nivartante smasane mitravandhavah sukrtam duskrtam caiva chayavadanugacchati Artinya: Setelah mati kekayaan akan tinggal dirumah Kawan dan saudara ikut sampai di kuburan Hanya karma, perbuatan baik dan buruk Mengikuti jiwa di kelahiran mendatang. Penjelasan: Kekayaan tidak akan terbawa mati. Yang dibawa ketika orang meninggal adalah karma yang baik ataupun yang buruk. Hanya perbuatan baik atau buruk itulah yang akan dibawa ke akhirat atau pada saat meninggal. Karma itu mengikuti jiwa. Karma itu merupakan kawan sejati jiwa. Karena itu maka selama manusia hidup sebaiknya selalu berbuat baik, berbuat kebajikan agar tercipta karma baik sebagai bekal di akhirat nanti. Jika selama hidupnya perbuatan atau karmanya baik, maka manusia bisa mendapatkan tempat disorga bahkan mencapai nirwana atau moksa. Dan sebaliknya jika manusia tersebut selalu melakukan perbuatan yang tidak baik maka ia akan mendapatkan tempat dineraka. 7. Sloka 59 Ahimsa brahmacarya ca suddhiraharalaghavam astainyamiti pancaite yama rudrena bhasitah Artinya: Tidak menyakiti, menguasai hawa nafsu Suci, makan sederhana, tidak mencuri Adalah lima macam keharusan Yang ditetapkan oleh Tuhan Penjelasan: Ada lima keharusan yang wajib dilaksanakan oleh umat Hindu. Lima keharusan itu adalah tidak menyakiti atau tidak membunuh (Ahimsa), tetapi untuk kepentingan yajna membunuh diperbolehkan, tidak mengikuti hawa nafsu (Brahmacarya), menjaga diri agar selalu bersih dan suci (Suddha), makan makanan yang sederhana (Aharalaghawa), dan tidak mencuri (Asteneya). 8. Sloka 60 Vadanam bahuvakyam nam vacanani punah-punah jnanagamyena dusita na grahitavya vicaksnaih Artinya: Caci maki, suka membual Ingkar janji dan nafsu tanpa batas Semua itu hendaknya tidak dibiasakan Karena tidak berguna jika dilaksanakan Penjelasan: Manusia, terutama para pemimpinnya diharapkan tidak megeluarkan ucapan-ucapan atau melakukan perbuatan yang tidak patut, seperti mencaci maki (Wada), suka membual (Bahuwakya), ingkar janji (Wacanapunah-punah), dan terlalu banyak memenuhi hawa nafsu tanpa pertimbangan (Jnanagamya). 9. Sloka 68 Sura sarasvati laksmi ityeta madakaranam madayanti na cetansi sa eva puruso matah Artinya: Minuman keras, kepandaian, kekayaan Ketiganya ini menyebabkan manusia mabuk Manusia yang tidak mabuk oleh ketiganya Adalah manusia yang sejati Penjelasan: Dari ketiga hal diatas yang menyebabkan manusia menjadi lupa diri, lupa daratan atau mabuk. Ketiga kemabukan dimaksud adalah mabuk karena minuman keras (Sura), mabuk karena kepandaiannya (Saraswati), dan mabuk karena kekayaannya (Laksmi). Manusia bijaksana tidak akan mabuk oleh minuman keras, kepandaian, dan kekayaannya itu. Orang yang tidak mabuk karena tiga hal tadi disebut sebagai manusia sejati (Purusa). Orang yang seperti ini pasti dicintai dan dihormati oleh orang lain. 10. Sloka 71 Agnido visadatharvau sastrghno darathikramah pisunastatra tadrani sadete hyatatayinah Artinya: Orang yang suka membakar rumah dan meracun Yang suka membunuh dan memperkosa wanita Yang suka mengadu domba dan main black magic Ke enam perbuatan itu termasuk dalam atatayi Penjelasan: Ada enam perbuatan yang digolongkan sebagai perbuatan jahat. Enam perbuatan jahat ini dinamakan Sad Atatayi (enam dosa atau kejahatan besar). Perbuatan itu adalah membakar rumah, tempat persembahyangan, kota dan lain-lain (Agnida), suka membunuh (Sastraghna), suka memperkosa wanita (Daratikrama), suka memfitnah, berkhianat atau mengadu domba (Rajapisuna), suka meracun orang lain (Wisada), dan suka main black magic, ilmu sihir (Atharwa). 11. Sloka 79 Doso pyasti guna pyasti nirdosa naiva jayate kardamadiva padmasya nale doso sti kantakaih Artinya: Ada kebaikannya ada pula keburukannya Tidak ada manusia lahir bebas dari kesalahan Seperti bunga seroja yang tumbuh di lumpur Tangkainya memiliki bulu yang gatal Penjelasan: Di dunia ini tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Pada dasarnya setiap orang mempunyai kelebihan, tetapi juga mempunyai kelemahan. Kelemahan itulah menunjukan bahwa dia itu manusia. 12. Sloka 84 Sukhasyanantaran duhkhasyanantaran sukham cakravajjagatah sarva vartate sthatarajanggamam Artinya: Duka datang setelah suka Suka datang mengikuti duka Semua makhluk di dunia ini Mengalami perputaran suka dan duka Penjelasan: Suka dan duka, kesenagan dan kesedihan itu selalu datang tak pernah berpisah. Baik orang kaya maupun orang miskin pernah mengalaminya. Tidak seorang pun dapat menghindarinya, manusia lalu berusaha berbuat baik, melaksanakan tapa, brata, yoga, samadhi, sampai berdana punia dan melaksanakan ajaran dharma lainya dengan maksud agar dapat mencapai kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan kesedihan yang sekecil-kecilnya. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan atau sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral. Etika adalah rasa cinta, rasa kasih sayang dimana seseorang yang menerima etika itu adalah karena ia mencintai dirinya sendiri dan menghargai orang lain. Slokantara artinya untaian sloka-sloka. Dalam slokantara dibahas masalah etika agama Hindu yang memberi tuntunan kepada kita mengenai hal-hal yang patut dan tidak patut dilakukan. Secara keseluruhan Slokantara berisi 84 sloka. 3.2 Saran Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan lebih tertarik membaca lontar-lontar Agama Hindu salah satunya Lontar Slokantara dan disarankan pula mengetahui dan memahami ajaran Etika atau Susila.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar